Bali, 08 August 2015
Kepada Kamu ...
Dengan penuh
kebencian,
Aku benci jatuh cinta
...
Aku benci merasa
senang bertemu lagi dengan kamu ...
tersenyum malu-malu,
dan menebak-nebak ...
selalu menebak-nebak
...
Aku benci deg-degan
menunggu kamu online.
Karena kata
teman-temanku, cara paling mudah untuk membuatmu suka denganku adalah dengan
membuatmu tertawa. Maka maaf, jika aku terlalu banyak bercanda.
Dan mudah-mudahan itu benar ...
Aku benci terkejut
melihat BBM kamu muncul di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan
waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, dan memikirkan kata
demi kata ...
Aku benci ketika jatuh cinta ...
semua detail yang aku
ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus
tanpa cacat ...
atau aku ... aku bisa
jadi kehilangan kamu.
Aku benci harus berada
dalam posisi seperti itu.
Tapi, aku tidak bisa
menawarnya ...
Aku benci harus
menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu.
Apakah pertanyaan kamu
itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah
artikan dengan penuh percaya diri?
Apakah senyuman yang
kamu tunjukan saat meminjamkan novel ini kemarin hanyalah gesture biasa, atau
ada maksud lain?
Atau aku yang “sekali
lagi” salah mengartikan dengan penuh percaya diri?
Aku benci harus memikirkanmu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada ...
Menjalar ke sekujur
tubuh ...
Dan aku merasa pasrah
...
Gelisah ...
Aku benci untuk
berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur.
Ya, Cukup begini saja.
Aku benci saat kamu melihat kearahku ...
Saat mata kita
bertemu, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu dari diriku.
Oh, aku benci kenapa
ketika kita bertatapan, aku tidak bernapas ...
Aku merasa canggung
...
Dan, aku ingin berlari
jauh.
Aku benci aku harus
sadar atas semua kecanggungan itu ...
Tapi aku malah tidak
bisa melakukan apa-apa ...
Aku benci ketika logikaku bersuara dan mengatakan ...
"Hey! Ini hanya
ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak
punya anything in common!”
Tetapi harus
dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”
Aku benci harus
mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu.
Kesalahan yang secara
desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu
bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku ...
Aku bisa saja
benar-benar jatuh hati kepadamu.
Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu ...
Demi Tuhan, aku benci
jatuh cinta kepada kamu ...
Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini, di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan ...
No comments:
Post a Comment