Tuesday 15 March 2016

Patah Hati Yang Terhebat

Perjalanan Long Distance Relationship gue di tempuh selama 7 bulan. Lewat telpon gue berkata pada pacar gue, 'Iya, sih, aku nyadar akhir-akhir ini komunikasi kita gak selancar dulu, tapi bukannya kita memang lagi sama-sama sibuk....'

Dia diam sebentar, lalu melanjutkan, 'Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.'

'Apa?' Tanya gue.

'Gimana, ya, ngomongnya, aku bingung,' Kata dia.

'Eh, mau ngomong apa, sih?'

'Engga, jadi gini....' Hening, pacar tidak ngomong apa-apa.

'Kok, aku jadi deg-degan, ya,' Kata gue.

Pacar menghela nafasnya. Lalu akhirnya berkata, 'Gini, kita, kan, udah lama pacaran. Jujur aku bahagia sama kamu. Mungkin kamu pernah ngelakuin kesalahan yang pernah bikin kita berantem, mungkin aku juga..'

'Terus?'

'Tapi,' kata dia. 'Ada hal yang kamu harus tahu....'

'Kamu kenapa, sih, nanti aku beneran deg-degan, loh,' kata gue yang sekarang sudah terlanjur deg-degan.

'Aku ketemu orang lain,' kata pacar.

Selanjutnya gue tidak ingat jelas. Gue masih ingat habis itu gue bengong lama. Bersandar di sebuah kursi abu-abu di dekat jendela. Pacar mulai panik dan bilang berbagai macam hal, diantaranya :

"Bukan kamu yang salah, aku yang salah" dan "kamu masih yang terbaik buat aku, kok". Telpon kami pun berakhir dengan kalimat yang keluar dari mulutnya,

"kita putus baik-baik aja, ya."



Beberapa bulan setelah gue putus cinta dengan seorang wanita bernama Tina (samaran) asal Depok. Gue bertemu dengan teman-teman gue di daerah Blok M untuk melepas rasa penat gue setelah berbulan-bulan bekerja di daerah Kuta, Bali. Gue mengambil cuti selama satu minggu, dan di hari sabtu, tepatnya tanggal 12 maret 2016, di hari cuti gue yang ke 4. Siang itu, gue dan teman-teman gue memutuskan untuk menonton film Comic 8 Casino King part 2 di bioskop 21 Blok M Square, Jakarta Selatan.

Setelah selesai menonton film tersebut gue memutuskan untuk pulang. Meninggalkan mereka dengan alasan sebuah acara keluarga.

Di terminal Blok M, gue menaiki kopaja 57 tujuan PGC (Pusat Grosir Cililitan). Dan tiba-tiba saja, gue mendapatkan pikiran untuk pergi ke stasiun Depok. Entahlah, Kopaja yang gue naiki pun gue berhentikan di stasiun Duren Kalibata. Lalu gue menaiki KRL (Kereta Rel Listrik) ke arah Bogor dan berhenti di stasiun Depok Baru.

Sampai disana gue hanya diam, duduk di bangku yang di sediakan di stasiun. Kenangan lama mampir tanpa permisi, wajah kami berdua sewaktu pacaran terbayang di kepala. Semua janji yang pernah gue ucapkan ke dia, seperti terngiang kembali. Semua ucapan selamat tidur, sebuah senyuman ketika kami bertemu, pelan-pelan terbayang satu persatu seperti sebuah film yang sudah lama tidak di tonton.

Kenapa dia harus berbahagia, tertawa, atau mungkin sampai menikah dengan orang yang menjadi selingkuhannya dulu, gue gak paham. Kenapa gue masih merasa getir sampai sekarang, juga gue gak paham.

Gue memandangi semua rel di ujung stasiun itu, menunggu jawaban, atau kereta lewat. Lalu lewatlah satu kereta cepat melewati stasiun itu. Bunyinya sangat bising memecahkan keheningan langit sore di Depok. Dan ya! Suaranya persis seperti sebuah ... Patah hati yang terhebat.

1 comment: