Tuesday 29 September 2015

Cukupkan kesendirian, aku lelah.

Entah sisi mana dalam diri ini yang nampak oleh orang sekitar, yang aku tahu aku kesepian. Ini menyiksaku, aku seperti sang munafik, menghibur dengan canda tawa, yang mana sebenarnya aku lebih membutuhkannya dari pada mereka.

Aku berdiri di suatu tempat melihat keramaian, memandang sekitar, bising sekali, melihat pria datang dengan dua gelas minuman di tangan, menghampiri wanita dengan tatapan, "mari kita saling kenal". Pria memberikan segelas minumannya kepada si wanita yang tidak nampak haus, namun tetap menerima gelas pemberian dari si pria, mereka berdua tersenyum. Berhasil. Aku? Aku di tengah kebisingan terlarut dalam
pandangan nyata ku sendiri, aku melamun, aku terisak, aku menangis, aku diam, bukankah tangisan tanpa air mata adalah sakit?

Kekosongan hati bukan perkara sederhana, menemukan pengisinya juga hal berbeda dan sudah tentu lebih sulit. Lalu kemudian aku bertanya, "Apa yang harus aku lakukan pada hati sekaratku?". Sayang sekali jawabannya tidaklah mutlak, jawaban itu memicu lagi pertanyaan lain, "Sampai kapan?", karna aku hanya bisa menjawab "Tunggu".

Mengapa aku tidak bisa membawa 2 gelas minuman dan menghampiri seorang wanita? Bukankah aku berani? Atau aku terlalu takut? Tapi takut untuk apa? Apakah aku takut untuk bahagia? Tidak, bukan itu masalahnya. Aku memiliki banyak sisi kehidupan, aku bukan hidup untuk diriku sendiri. Aku hidup untuk orang tua, adik, teman, rekan kerja, dan mungkin aku juga hidup untuk kesepian.

Lalu setelah semua yang aku lakukan untuk orang lain, adakah orang lain yang mau menyelamatkanku? Menemaniku? Mendengar keluhku? Kesahku? Dan memeluk untuk menghangatkan dinginnya hatiku? Datanglah, temani dan sayangi aku.

No comments:

Post a Comment